Keteladanan Ustadz Dan Penanaman Nilai Agama Orang Tua Kaitannya Dengan Budpekerti

Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan, pendidik merupakan salah satu bagian penting. Dipundaknya terletak tanggung jawab yang besar dalam upaya mengantarkan akseptor ajar ke arah tujuan pendidikan yang diciptakan. Secara biasa , pendidikan juga mampu diartikan mereka yang mempunyai tanggung jawab mendidik (Nizar, 2002: 41). 
Akan namun realita yang ada kini ini posisi pendidik lebih sering di pandang sebagai petugas semata yang mendapat gaji dari Negara dan instansi atau organisasi swasta dan tanggung jawabnya tertentu serta tugasnya relatif dilimitasi dengan dinding sekolah jangan melangkah lebih jauh dari tugas tanggung jawab formalnya, sehingga melahirkan efek terciptanya jarak antara pendidik dan akseptor ajar.
Padahal bantu-membantu seorang pendidik itu menduduki posisi atau status terhormat dan sungguh mulia, sebagaimana firman Allah SWT : Artinya: Diantara hamba-hamba Allah yang takut terhadap Nya hanyalah para ulama'.(QS.Al Fatir: 28)
Dengan kehormatan dan kemuliaannya pendidik yaitu selaku figur contoh yang harus ditiru dan diharapkan dalam memperlakukan anak didiknya.
Anak bimbing sebagai insan yang gampang dipengaruhi, yang mana sifat sifatnya mesti dibentuk dan dituntun olehnya untuk mengenal peraturan adab yang dianut oleh masyarakat, itu sebabnya seorang tidak cukup cuma mengandalkan kepandaian atau memiliki otoritas disiplin ilmu saja, beliau haruslah orang yang berbudi dan beriman sekaligus amalnya yang perbuatannya sendiri memberi dampak jiwa latih anaknya. Karena anak bimbing memandang para pendidik selaku contoh utama bagi mereka, dimana dia bercita-cita ingin menjadi seperti para pendidik ia akan menjiplak jejak ilmu kecerdasan dan semua gerak dan diamnya. Apa jikalau ini menjadi perhatian para peserta latih terhadap para pendidik mereka maka semestinya para pendidik itu senantiasa menjadi ikutan yang bagus bagi penerima ajar mereka, menjadi contoh acuan yang ideal sesuai dengan prinsip-prinsip yang diakui mereka dan nilai-nilai yang mereka jelaskan.
Berdasarkan penuturan pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Salatiga menyampaikan bahwa ada perbedaan sopan santun yang sangat menonjol dan antara santri dahulu dengan santri sekarang. Santri dahulu lebih mudah diatur dan tanggap dalam menghadapi situasi dari pada santri kini. Itu disebabkan alasannya kemerosotan budbahasa yang kurang diperhatikan oleh orang bau tanah, asumsi orang renta anak di pondok pesantren secara tidak pribadi niscaya akan bagus budpekerti dan tingkah lakunya, namun itu tidak akan terjadi tanpa perlindungan dan perhatian yang sarat dari orang bau tanah (Zumri RWS).
Untuk menyebabkan anak bimbing yang baik akhlaknya maupun pintar intelektualnya itu tidak hanya faktor keteladanan gurunya saja yang kita lihat, tetapi kita perlu menyaksikan penanaman nilai agama dari orang bau tanah, dimana figur orang bau tanah juga sangat penting dan sangat erat dengan anak, bahkan orang bau tanah pun juga memiliki kewajiban yang penuh terhadap anak untuk menanamkan nilai nilai agama terhadap anak.
Menjadi hal yang mempesona untuk dikaji dengan masalah yang berhubungan dengan keteladanan pendidik. Pendidik yang contoh tentunya akan menjadi motivator tersendiri bagi akseptor ajar untuk lebih ulet berguru. Karena seperti keterangan di atas ada kecenderungan penerima asuh untuk menjadi seperti para pendidik. Namun dalam kenyataannya masih banyak pendidik yang belum bisa menjadi teladan yang baik bagi akseptor didiknya, sehingga mereka kurang memiliki greget untuk lebih semangat mencar ilmu, karena mereka mengalami kontradiksi antara yang benar dan yang salah, mana yang gelap dan mana yang jelas. Selain itu tugas orang tua juga sungguh mendominasi baik buruknya adab atau tingkah laku anak, alasannya adalah baik buruknya anak juga tergantung dari orang tuanya yang mengarahkan.
Melihat permasalahan di atas menjadi tema yang menawan untuk dikaji dalam penelitian. Mengingat sampel yang diambil berasal dari suatu pondok pesantren maka pendidik di sini yakni ustadz dan peserta ajar adalah santri.
Berangkat dari hal tersebut maka penulis berniat mengadakan penelitian di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah Salatiga dengan memberi judul penelitian: “PENGARUH KETELADANAN USTADZ DANPENANAMAN NILAI AGAMA ORANG TUA TERHADAP AKHLAK SANTRI DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL FALAH SALATIGA TAHUN 2012"

Definisi Operasional
Untuk mengenali secara terperinci dan untuk menyingkir dari kesalah-pahaman pemahaman terhadap judul skripsi yang penulis diskusikan, maka akan penulis sampaikan batasan batasan istilah yang terdapat pada judul yakni:
Keteladanan Ustadz
Menurut Masyar (2011) Keteladanan berasal dari kata “pola” yang bermakna sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh. Dalam bahasa Arab acuan diketahui dengan istilah qudwah atau uswah khasanah yang berarti perbuatan yang baik.
Senada dengan Mahmud yunus dalam artikelnya Masyar keteladanan yakni: “Suatu tindakan baik seseorang yang sengaja ataupun tidak disengaja dilaksanakan atau dijadikan contoh bagi orang yang mengetahuinya atau melihatnya” (Masyar, 2011).Sedangkan ustadz yakni guru dalam madrasah ataupun pondok pesantren dengan kata lain ustadz  pengertiannya sama dengan guru.
Jadi keteladanan ustadz yakni semua pandangan santri tentang ucapan, perbuatan, dan tingkah laku seorang ustadz yang hendak ditiru oleh anak didiknya atau santrinya.
Adapun indikator keteladanan ustadz adalah:
  1. Ustadz harus bisa menjaga adab, beretika yang baik, jangan cepat murka, dan bisa mengontrol emosi saat murka.
  2. Ustadz mesti berwibawa, tenang, khusyu, tawadhu, dan memperlihatkan vitalitas serta keuletan ketika mengajar semoga santri tidak merasa malas atau bosan.
  3. Ustadz harus menjadi teladan santri dalam segala perkataan, perbuatan, perilaku, jujur, adil, berkata baik, dan memberi nasihat serta pengarahan kepada santri.
  4. Ustadz mesti bisa menjaga harga diri, jangan mengulurkan tangan meminta tunjangan orang lain dalam urusan pribadi (Munir, 2003: 22).
Dari enam indikator keteladanan ustadz, penulis cuma menggunakan empat indikator saja dengan alasan keempat indikator di atas sesuai dengan apa yang hendak penulis teliti.

Penanaman nilai agama orang tuaNilai ialah persyaratan yang dipakai untuk menetapkan beberapa objek yang dirasa baik atau buruk, benar atau salah, penting atau tidak penting, disukai atau tidak diminati (Ethmen, Mahlinger, & Patrick,  2010: 65). Sedangkan nilai agama adalah nilai yang diajarkan berdasarkan pada pemikiran agama islam (Naziqin, 2003: 11). Makara penanaman nilai agama orang bau tanah yakni upaya-upaya yang dilaksanakan orang bau tanah untuk menanamkan nilai nilai keagamaan pada anak yang di landasi oleh pemahaman terhadap berbagai kondisi yang menimbulkan sikap faktual.
Adapun indikator penanaman nilai agama orang renta yaitu:
  1. Pergaulan yang bersifat edukatif kepada anak.
  2. Memberi suri tauladan terhadap anak.
  3. Mengajak untuk mengamalkan nilai-nilai agama kepada anak (Ihsan, 2011: 155).
Akhlak
Kata Akhlak secara etimologis berasal dari bahasa Arab yakni Al Akhlaaq. Ia merupakan bentuk jama’ dari kata Al Khuluq yang bermakna akal pekerti, watak, atau budpekerti. Arti ini sering disepadankan dengan kata: etika, etika, tata krama, atau tabiat. Sedangkan secara terminologis pemahaman budbahasa ialah tindakan perbuatan seseorang yang telah mempribadi, dan dilakukannya secara berulang ulang atas kesadaran jiwanya tanpa membutuhkan banyak sekali pendapatdan tanpa adanya bagian pemaksaan dari pihak lain (Halim, 2000: 13).
Akhlak santri yang dimaksud dalam observasi ini yakni budbahasa santri terhadap orang bau tanah, budpekerti santri terhadap ustadz, dan etika santri terhadap sesama teman, penulis membatasi etika santri cuma pada lingkungan pondok pesantren saja, karena menurut kebijakan pondok pesantren membatasi interaksi dengan masyarakat sekitar semoga tidak terjadi hal hal yang tidak diharapkan. Seperti halnya berinteraksi dengan penduduk hingga meninggalkan jam ngaji di pondok pesantren.
Adapun indikator etika ialah:
  1. Berbakti kepada orang renta.
  2. Menghormati guru.
  3. Menghargai sobat dan bisa bergaul dengan siapa pun (Halim, 2000).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Sambutan Ketua Panitia Perayaan Isra' Mi'raj Dan Maulid Nabi

Free Download Driver Advan Vanbook P1n-45125

Download Modul Didik Pai Dan Bp Kurikulum Merdeka Kelas 5 Sd Mi Lengkap