Efek Partisipasi Kegiatan Keagamaan Islam Terhadap Kedisiplinan Siswa

BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan yakni perjuangan sadar yang dijalankan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan panduan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk menyiapkan akseptor ajar agar dapat memainkan peranan dalam aneka macam lingkungan hidup secara sempurna di kala yang mau tiba. Pendidikan sebagai suatu bentuk acara manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan selaku sesuatu yang akan diraih, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak hingga rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk membuat lebih mudah pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap pertumbuhan manusia menuju ke arah impian tertentu, maka yang merupakan persoalan pokok bagi pendidikan dalam memilih arah atau tujuan yang akan dicapai. (http://walfchild.blogspot.com/2011/11/definisi-pendidikan-berdasarkan-kamus.html/ Diunduh pada 20-2-2012 pada pukul 19:55)
Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa disangkal, bahkan ialah hak semua warga Negara. Berkenaan dengan ini, di dalam UUD '45 Pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa; "Tiap-tiap warga Negara berhak menerima pengajaran". Tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 ialah berkembangnya potensi peserta bimbing biar menjadi insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, pandai, mahir,  inovatif  mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam perkembangannya istilah pendidikan bermakna bimbingan atau perlindungan yang diberikan secara sengaja terhadap anak bimbing oleh pendidik biar anak bimbing menjadi berilmu. Dalam kemajuan berikutnya, pendidikan memiliki arti perjuangan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mensugesti seseorang atau sekelompok orang biar menjadi akil balig cukup akal atau meraih tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala perjuangan orang akil balig cukup akal dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin kemajuan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Ramayulis, 2004:1). Seperti firman Allah SWT dalam QS An Nahl ayat 78 yang berbunyi: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengenali sesuatupun, dan Dia memberi kamu telinga, penglihatan dan hati, semoga kamu bersyukur” (QS An-Nahl :78)
Tujuan pendidikan nasional suatu bangsa menggambarkan insan yang bagus menurut pandangan hidup yang dianut oleh bangsa itu, dan tujuan pendidikan sebuah bangsa mungkin tidak akan sama dengan bangsa yang lain, sebab pandangan hidup mereka biasanya tidak akan sama. Tetapi intinya pendidikan setiap bangsa tentu sama, semua menghendaki terwujudnya manusia yang bagus yaitu manusia yang sehat, kuat serta mempunyai ketrampilan, pikirannya cerdas serta arif, dan hatinya meningkat dengan tepat. (http://superthowi.wordpress.com/2012/08/14/ajaran-fatwa-dalam-pendidikan/ Diunduh pada 20-2-2012 pada pukul 20:05).
Agama selaku dasar pijakan umat insan memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama sudah mengontrol acuan hidup manusia baik dalam keterkaitannya dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesama insan. Agama selalu mengajarkan yang terbaik dan tidak pernah menyesatkan penganutnya. Untuk itu sebagai benteng pertahanan diri anak latih dalam menghadapi banyak sekali tantangan di atas, kiranya untuk menanamkan pendidikan agama yang berpengaruh dalam diri anak, sehingga dengan pendidikan agama ini, contoh hidup anak akan terkontrol oleh rambu-rambu yang telah digariskan agama dan dapat menyelamatkan anak supaya tidak terjerumus dalam jurang keterbelakangan mental.
Pendidikan agama ialah suatu sistem pendidikan yang meliputi seluruh aspek kehidupan yang diharapkan oleh umat manusia dalam rangka mengembangkan penghayatan dan pengalaman agama dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara. Pendidikan agama tersebut menjadi dasar yang kuat bagi siswa yang terlibat eksklusif dalam dunia pendidikan. Siswa dalam perkembangannya juga harus melalui proses berguru. Termasuk di dalamnya berguru mengenal diri, mencar ilmu mengenal orang lain, dan berguru mengenal lingkungan sekitarnya. Ini dilakukan agar siswa mampu mengenali dan menempatkan posisinya di tengah-tengah penduduk sekaligus mampu mengontrol diri.
Sifat pengendalian diri harus ditumbuhkembangkan pada diri siswa. Pengendalian diri di sini dimaksudkan yaitu suatu kondisi di mana seseorang dalam perbuatannya senantiasa dapat menguasai diri sehingga tetap menertibkan dirinya dari berbagai impian yang terlalu meluap-luap dan berlebih-lebihan. Berarti dalam sifat pengendalian diri tersebut terkandung keteraturan hidup dan kepatuhan akan segala peraturan. Dengan kata lain, tindakan siswa senantiasa berada dalam koridor disiplin dan tata tertib sekolah. Bila demikian, akan berkembang rasa kedisiplinan siswa untuk senantiasa mengikuti tiap-tiap peraturan yang berlaku di sekolah, alasannya mematuhi semua peraturan yang berlaku di sekolah merupakan sebuah kewajiban bagi setiap siswa.
Makara dapat diartikan proses pengendalian diri yang diperlukan ada pada diri siswa sungguh dekat kaitanya dengan penerapan acara keagamaan Islam di sekolah, alasannya adalah hal tersebut tentu saja akan besar lengan berkuasa dengan kualitas ataupun tingkat kedisiplinan di sekolah tersebut. Begitu pula yang terjadi di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Salatiga, meskipun sekolah tersebut berlatar belakang negeri, tapi di sekolah tersebut sudah menerapkan kegiatan keagamaan Islam seperti halnya sekolah-sekolah yang berlatar belakang Islam. Bahkan bila menyaksikan semua Sekolah Menengah Atas atau sederajat yang ada di Salatiga, Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Salatiga mampu dibilang lebih dari sekolah-sekolah lain dalam bidang penerapan aktivitas agama Islamnya, alasannya adalah di sekolah tersebut telah dipraktekkan program Sholat Jum’at di sekolahan. Maka penerapan aktivitas keagamaan Islam tersebut sungguh diharapkan mampu menanggulangi problem kedisiplinan yang simpulan-simpulan ini sangat memprihatinkan di dunia pendidikan.
Masalah kedisiplinan siswa menjadi sangat berarti bagi perkembangan sekolah. Di sekolah yang tertib akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang bagus. Sebaliknya, pada sekolah yang tidak tertib kondisinya akan jauh berlainan. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi telah dianggap barang lazimdan untuk memperbaiki kondisi yang demikian tidaklah gampang. Hal ini diharapkan perjuangan dari banyak sekali pihak untuk menggantinya, sehingga berbagai jenis pelanggaran terhadap disiplin dan tata tertib sekolah tersebut perlu dicegah dan ditangkal.
Tingkat kedisiplinan siswa umumnya masih tergolong memprihatinkan. Kuantitas pelanggaran yang dilaksanakan oleh siswa semakin bertambah dari waktu ke waktu. Dari aneka macam jenis pelanggaran tata tertib sekolah, contohnya banyaknya siswa yang mangkir atau meninggalkan kelas pada waktu jam mencar ilmu, pertengkaran, telat tiba ke sekolah, malas mencar ilmu, sering tidak masuk sekolah, tidak melakukan tugas-peran yang diberikan guru, tidak membuat pekerjaan rumah, merokok, dan lain-lain. Secara garis besar banyaknya pelanggaran yang dikerjakan oleh siswa akan kuat kepada pertumbuhan dan prestasi mencar ilmu di sekolah.
Menciptakan kedisiplinan siswa bermaksud untuk mendidik siswa semoga sanggup menyuruh diri sendiri. Mereka dilatih untuk dapat menguasai kemampuan, juga melatih siswa supaya ia dapat mengendalikan dirinya sendiri, sehingga para siswa dapat mengetahui kelemahan atau kekurangan yang ada pada dirinya sendiri.
Menanamkan kedisiplinan siswa merupakan peran tenaga pengajar (guru). Untuk menanamkan kedisiplinan siswa ini harus dimulai dari dalam diri kita sendiri, barulah kita dapat mendisiplinkan orang lain sehingga akan tercipta ketenangan, ketentraman, dan keselarasan.
Dari masalah diatas, penulis kepincut untuk melaksanakan sebuah penelitian yang berjudul “PENGARUH PARTISIPASI KEGIATAN KEAGAMAAN ISLAM TERHADAP   KEDISIPLINAN SISWA YANG BERAGAMA ISLAM KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI (SMAN) 2 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012”. 

B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang dilema, maka dapat dirumuskan pokok-pokok problem observasi ini yaitu:
  1. Bagaimana partisipasi kegiatan keagamaan Islam siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012? 
  2. Bagaimana kedisiplinan siswa yang beragama Islam kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012? 
  3. Adakah pengaruh antara partisipasi acara keagamaan Islam terhadap kedisiplinan siswa yang bergama Islam kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Salatiga tahun 2011/2012? 
C.    Tujuan Penelitian
Melihat masalah di atas yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
  1. Untuk mengenali partisipasi acara keagamaan Islam siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.
  2. Untuk mengenali kedisiplinan siswa yang bergama Islam kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.
  3. Untuk mengenali imbas partisipasi acara keagamaan Islam terhadap kedisiplinan siswa yang beragama Islam kelas XI di Sekolah Menengah Atas negeri (SMAN) 2 Salatiga tahun 2011/2012.
D.    Hipotesis Penelitian
 
Hipotesis yakni sebuah jawaban yang bersifat sementara terhadap urusan observasi sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1998:67). Sedangkan Sutrisno Hadi dalam bukunya Metodologi Research menyatakan hipotesis yakni prasangka sementara yang mungkin benar, atau mungkin juga salah, dia akan ditolak jikalau salah atau imitasi, dan akan diterima bila fakta-fakta membenarkan (Hadi, 1981:63).
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis, “ada efek positif antara penerapan aktivitas keagamaan Islam kepada kedisiplinan siswa kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012”. Ini berarti bahwa kian tinggi penerapan kegiatan keagamaan Islam, maka semakin tinggi  kedisiplinan siswa, begitu juga sebaliknya, kian rendah penerapan acara keagamaan Islam, maka makin rendah kedisiplinan siswa.

E.    Kegunaan Penelitian
Adapun dua faedah yang mampu diperoleh lewat penelitian ini, yaitu:
Manfaat teoretis dan faedah simpel.
Manfaat Teoretis
  1. Hasil observasi dapat menunjukkan masukan berguna berupa konsep-desain, selaku upaya untuk kenaikan dan pengembangan ilmu.
  2. Hasil penelitian dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi para peneliti di bidang pendidikan.
  3. Hasil observasi ini dapat memperlihatkan kontribusi ilmu bagi peneliti, seluruh pembaca pada umumnya, dan bagi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Salatiga pada terutama.
Manfaat Mudah
  1. Bagi siswa, semoga mampu memahami tentang penyesuaian perilaku di sekolah menengah atas yang mampu membentuk adat akseptor asuh.
  2. Bagi guru, semoga pendidik dapat menanamkan sikap religius dalam membentuk etika penerima ajar.
  3. Bagi peneliti, untuk memperbesar pengetahuan yang mampu dijadikan bekal pada waktu terjun ke masyarakat sebagai seorang pendidik.
F.    Definisi Operasional
 
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda, maka penulis menerangkan ungkapan-perumpamaan dan hal-hal yang berhubungan dengan judul di atas: 

Partisipasi Kegiatan Keagamaan Islam
  1. Kegiatan. Berasal dari kata giat yang bermakna bersungguh-sungguh; kasar dan bersemangat; aktif. Dapat imbuhan ke- an yang mempunyai makna melakukan sebuah pekerjaan jadi kegiatan ialah acara, perjuangan, pekerjaan (http://kamusbahasaindonesia.org/kegiatan. Diunduh pada tanggal 17-1-2012 pada pukul 12:47).
  2. Keagamaan Islam. Keagamaan berasal dari kata agama yang artinya pedoman. Sistem yang mengontrol tata keimanan (doktrin) dan peribadatan terhadap Tuhan yang maha kuasa. menerima imbuhan ke- an yang berarti sesuatu yang berhubungan dengan agama.
Dari uraian diatas, mampu disimpulkan bahwa penerapan aktivitas keagamaan Islam yakni sebuah proses perjuangan bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan anutan Islam dan dilaksanakan dengan kesadaran untuk mengembangkan peluanganak menuju kemajuan yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam.

Adapun indikator dari partispasi kegiatan keagamaan Islam adalah:
  1. Membaca surat yasin setiap hari jum’at pagi
  2. Sholat jum’ah berjamaah (siswa laki-laki)
  3. Membaca tadarus Al-Qur’an sebelum mengawali pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

Kedisiplinan
Berasal dari kata disiplin yang mempunyai arti disiplin: (1) tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dsb); (2) ketaatan (kepatuhan) kpd peraturan (tata tertib dsb); (3) bidang studi yang mempunyai objek, metode, dan sistem tertentu (KBBI, 2007:268). Dapat imbuhan ke- an yang memiliki makna melakukan suatu pekerjaan jadi aktivitas ialah aktivitas, usaha, pekerjaan.
Sedangkan dalam makna lain disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang memiliki arti berguru. Dari kata ini timbul kata Disciplina yang memiliki arti pengajaran atau pembinaan. Sekarang kata disiplin mengalami kemajuan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan selaku kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin selaku latihan yang bermaksud mengembangkan diri biar dapat bertingkah tertib. (http://starawaji.wordpress.com/pemahaman-kedisiplinan/ Diunduh pada tanggal 19-4-2009 pada pukul 20:15).
Adapun indikator dari kedisiplinan yakni:
  1. Ketaatan terhadap tata tertib sekolah.
  2. Ketaatan terhadap kegiatan mencar ilmu di sekolah.
  3. Ketaaatan dalam mengerjakan peran-peran pelajaran.
  4. Ketaatan terhadap acara belajar di rumah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Sambutan Ketua Panitia Perayaan Isra' Mi'raj Dan Maulid Nabi

Free Download Driver Advan Vanbook P1n-45125

Download Modul Didik Pai Dan Bp Kurikulum Merdeka Kelas 5 Sd Mi Lengkap